selalu ada kisah, kenangan, dan warna dalam setiap perjalanan
Jalan-Jalan ke Pulau Weh
Get link
Facebook
X
Pinterest
Email
Other Apps
Jalan-jalan sendiri memang punya keasikan tersendiri. Nah, kali ini saya coba memberanikan diri jalan-jalan ke sisi barat Indonesia, yaitu Pulau Weh, Provinsi NAD.
Sabtu pagi, setelah sebelumnya saya bermalam di Kota Banda Aceh dan menikmati kota itu dalam satu hari, saya bergegas menuju pelabuhan Ulee Lheue. Saya menumpang kapal yang paling pagi, yaitu KM. Express Cantika 89 pukul 8.00. Harga tiketnya Rp65.000 untuk kelas bisnis. Selain kelas tersebut, ada juga kelas eksekutif dan VIP dengan harga masing-masing Rp75.000 dan Rp95.000.
Lama perjalanan, adalah 45 menit untuk sampai ke pelabuhan Balohan, Pulau Weh.
KM. Express Cantika 89
Pelabuhan Ulee Lheue
Di dalam kapal, saya memilih tempat duduk di dekat jendela. Sama halnya seperti saat naik pesawat atau kereta, saya lebih suka duduk di dekat jendela. Namun, kebetulan saya bertemu dengan beberapa teman saya, yang juga akan berwisata ke Pulau Weh. Hanya saja mereka tidak akan menginap di sana. Mereka akan kembali ke Banda Aceh nanti sore. Lalu, mereka mengajak saya untuk pindah ke atap kapal. Ya iyalah saya langsung semangat. Sama seperti waktu perjalanan ke Pulau Tidung tahun 2011, saya memang lebih betah di atap kapal, walau harus panas-panasan.
Mlipir ke atap kapal. Banyak prajurit-prajurit muda Angkatan Laut.
Ini rombongan teman-teman satu Diklat di Medan
yang mengajak saya nongkrong di atap kapal.
Salah satu hal yang membahagiakan bagi saya adalah, saya melihat sekawanan lumba-lumba berlompatan di tengah lautan. Itu membayar kekecewaan saya yang gagal melihat lumba-lumba di Teluk Kiluan beberapa waktu lalu. Sayangnya, saya tidak sempat memotret. Jadi, lumba-lumbaya tidak bisa saya share di sini.
Selang 45 menit, pulau Weh sudah bisa dilihat dari kejauhan. Rasanya saya tak sabar ingin segera menjelajah pulau yang katanya ada di ujung Indonesia tersebut.
Oiya, terkait transportasi selama di Pulau Weh, tadinya saya akan menyewa motor untuk dipakai menjelajah sendiri, tetapi setelah melihat beberapa review dan video di youtube tentang Pulau Weh, saya urung niat mengendarai motor sendirian. Soalnya, saya mau menuju ke titik 0 km, which is jalannya jauh, lewat hutan yang dipenuhi monyet dan biawak. Jujur, saya geli dan serem sama reptil, termasuk biawak, juga takut sama monyet. Ya, seperti monyet di Pantai Pangandaran atau di Pura Uluwatu Bali. Hiiiy.....
Jadi, saya memutuskan untuk menyewa mobil dan ditemani oleh seorang driver. Agak mahal memang, tetapi tak apalah. Yang penting aman dan nyaman. Daripada digigit biawak atau dilompati monyet. Hehehe. Mungkin next time kalau saya berangkat ke Pulau Weh dengan teman, tak masalah jika harus menyewa motor.
Sampailah saya di Pelabuhan Balohan. Wah, ramai sekali. Di sana juga banyak orang-orang yang menawarkan sewa kendaraan dan tempat menginap.
Untunglah, saya sudah mempersiapkan semuanya. Mulai dari mobil, yang saya pesan dengan bantuan driver selama di Banda Aceh sehari sebelumnya, bahkan penginapan rekomendasian seorang teman yang telah saya pesan jauh-jauh hari. Penginapan itu namanya Freddies Santai yang ada di daerah Sumurtiga. Saya mendapat rekomendasi dari Rezza Rinova, yang pernah berkunjung ke sana. Jadi, sesampainya di pelabuhan, tujuan saya sudah jelas deh.
Pelabuhan Balohan
Setelah dijemput, saya langsung berangkat menuju penginapan untuk check in. Tetapi, Bang Fahri, sang driver, mengajak saya mampir dulu ke beberapa spot menarik. Yang pertama, ke atas bukit yang menyajikan pemandangan Pulau Weh dari ketinggian. Kedua, Pantai Anoi Itam, yang terkenal dengan batu gajahnya.
Lovable heaven on earth
Batu gajah
Pantai Anoi Itam
Nongol deh
Dari Pantai Anoi Itam, saya langsung diantar ke penginapan di daerah Sumur Tiga. Di sana saya menyempatkan diri beristirahat sejenak sambil menikmati suasana penginapan yang JOOOOOSSS BANGET!
Jadi, kamar saya ada di semacam lereng bukit, yang langsung berlembah pantai. RUAR BIYASAK. Baru sekarang saya dapat penginapan yang asik semacam ini. Dinding kamarnya terbuat dari bilik, dengan atap dari jerami dicampur ijuk (atau entah apa), tetapi kamar mandinya berkonsep modern minimalis, lengkap dengan shower dengan air panas. Di bagian dalamnya ada balkon yang langsung menghadap ke pantai. Masya Alloh, angin berembus perlahan, bersama suara daun kelapa yang bergesekan karena tertiup angin. Ditambah juga suara ombak yang tak hentinya menyapu pasir putih.
Seru kan kamarnya
Nah, enggak lama kemudian, mobil jemputan datang. Tapi ternyata bukan Bang Fahri yang jemput. Katanya ada rolingan tugas. Jadi, Pak Amir lah yang menggantikan Bang Fahri berkeliling Pulau Weh.
Pertama-tama, untuk mengisi perut saya yang keroncongan, saya ajak Pak Amir makan di salah satu kedai dekat Kota Sabang. Kota Sabang? Nah, jadi saya jelaskan dulu, di Pulau Weh itu terdapat sebuah kota, namanya Kota Sabang. Letaknya ada di arah utara, Yok, kita lihat petanya dulu.
Sumber gambar:
http://herulegowo.com/home/images/Rsz%20Pulau%20Weh.jpg
Nah, bisa dilihat kan, di mana letak Kota Sabang? Tidak jauh dari daerah Sumur Tiga, tempat saya menginap. Sementara, Pelabuhan Balohan berada di bagian selatan.
Rencananya, setelah makan siang, saya akan mampir ke monumen KM 0 yang letahnya ada di arah barat laut, ujung Pulau Weh. Lumayan jauh kan? Tapi, katanya, area itu bisa ditempuh dalam waktu satu jam saja, itu juga paling lama. Wah, berarti Pulau Weh ini bisa dikelilingi dalam waktu satu hari. Mungkin, kita lihat saja nanti. Sekarang kita makan dulu. Pak Amir mengajak saya makan di sebuah kedai makan yang katanya sangat enak,
Ini menu makan siang saya. Nasi, tahu, toge, dan ikan teri. Maknyusss...
Selesai makan, saya dan Pak Amir langsung berangkat menuju KM 0. Perjalanan terasa sangat seru dan menyenangkan. Selain kami banyak mengobrol tentang berbagai hal, pemandangannya pun sangat indah. Kalau di Pulau Jawa, perjalanannya mirip seperti jalan ke daerah Gunung Kidul, Yogyakarta, atau jika di Pulau Sulawesi, rasanya mirip seperti perjalanan dari Palu menuju Donggala. Di jalan, saya sengaja membuka jendela mobil, ingin sekali rasanya menikmati angin alami Pulau Weh. Tapi, saat masuk ke area hutan, tiba-tiba saya ingat pada monyet dan biawak, hiiiy... jendela segera saya tutup.
Dan ternyata memang benar, banyak monyet dan biawak berkeliaran. Bahkan, beberapa kali mobil terpaksa berhenti karena ada biawak yang akan menyeberang. Astaga. Kebayang ya kalau saya jadi naik motor sendirian. HIIIYYY,,,
Sebelum sampai ke KM 0, kami lewat area Iboih. Daerah ini sangat terkenal dengan keindahan alamnya, khususnya keanekaragaman hayati di bawah airnya. Di sana juga ada sebuah pulau yang sering dijadikan tempat wisata, yaitu Pulau Rubiah. Saya langsung request untuk mampir di Iboih setelah selesai menyambangi tugu KM 0.
Hutan belantara yang mengepung jalanan menuju tugu KM 0
Setelah 40 menit perjalanan, akhirnya sampailah saya di tugu KM 0. Ya, tempat yang diyakini sebagai ujung terbarat Indonesia, walaupun sebenarnya masih ada pulau Benggala. Ini dia penampakan KM 0, yang saat saya sambangi sedang direnovasi.
Ini dia Kilometer 0 Indonesia. Negeri yang luas dari ujung ke ujung.
Negeri yang kaya sumber alam. Tapi, ya...
Enggak mau rugi Selalu ingin mejeng.
Pinggiran tebing. Kalau mau loncat bisa kok. Yaiyalah.
Saya sempat gaya-gayaan foto di batu itu. Sambil nyut-nyutan
takut batunya ngglundung ke bawah.
Dari atas batu pada gambar sebelumnya.
Bahagianya saya sempat melihat lumba-lumba lagi.
Nah, setelah puas melihat-lihat keindahan alam di sekitar tugu km 0 ini, saya dan Pak Amir istirahat sejenak sambil menikmati kelapa muda yang fresh dari pohonnya. Hmmm... masya Alloh, rasanya bahagia sekali. Nikmat mana lagi yang akan kau dustakan? Terima kasih, Tuhan, atas kesempatan yang diberikan sehingga saya dapat menikmati keindahan Pulau Weh ini.
Perjalanan saya di Pulau Weh masih panjang. Setelah ini, saya akan mampir ke daerah Iboih dan Pulau Rubiah. Tapi, akan saya ceritakan pada chapter selanjutnya ya. Hehe...
Jangan lupa simak terus blog ecek-ecek pelancongbumi.blogspot.co.id ini, serta saksikan video-video perjalanan saya melalu chanel niXmaX studio di Youtube kesayangan kamu.
Nah, kalau mau lihat foto-foto jalan-jalan saya yang lain (juga foto-foto lainnya) silakan mampir dan follow instagram @ighiw
Jangan lupa bahagia ya! :)
*Perjalanan saya ke Pulau Weh ini telah ditayangkan oleh Net TV lho. Silakan klik tautan video berikut.
Pulau Weh adalah salah satu Pulau yang paling cantik di Indonesia.
Berbagai pesona keindahan alamnya tersaji lengkap memanjakan hasrat berwisata.
Pulau Weh adalah salah satu bukti nyata bahwa Indonesia itu indah.
Siapa sih yang tidak tertarik dengan keindahan pantai-pantai yang ada di Pulau Belitung? Apalagi setelah keindahan alam di pulau itu diekspos melalui film Laskar Pelangi yang membekas di hati banyak orang. Karena melihat keindahan alam di film itu, juga video klip Nidji dengan lagu Laskar Pelangi, saya juga tertarik untuk berlibur di sana. Finally , kesempatan itu tiba. Saya bertemu dengan tanggal yang pas untuk berlibur ke Provinsi Bangka - Belitung di bulan Mei 2012. Pada kesempatan kali ini, saya berangkat bersama teman-teman saya, yaitu Arief, Puteri, Hudawi, dan teman baru saya, Winda. Sebetulnya, tujuan utama saya adalah Pulau Belitung. Tetapi, untuk mempraktikkan peribahasa 'sambil menyelam minum air' dalam kehidupan sehari-hari (apasih?), saya dan teman-teman memutuskan untuk mampir dulu ke Pulau Bangka. Nanti, dari Bangka kami akan mengendarai pesawat kecil, yaitu pesawat Sky Aviation, menuju Pulau Belitung. Pagi buta, saya dan teman-teman sudah siap terbang
Pusing dengan rutinitas pekerjaan sehari-hari? Itu biasa. Kesibukan rutin memang bisa membuat kita lumayan stres dan ARRRGGGHHH. Makanya, sesekali bolehlah kita berwisata atau berlibur. Masalah destinasi? Gampang. Tinggal sesuaikan dengan isi kantong dan tentu saja sesuaikan dengan kesanggupan fisik kita. Tidak perlu jauh dan mahal. Yang penting isi kepala dan hati kita bisa sedikit di-refresh agar bisa segera kembali semangat beraktivitas. Salah satu objek wisata yang murah dan asik untuk disambangi adalah Curug Cijalu (curug: air terjun) yang terletak di Desa Cipancar, Kecamatan Sagalaherang, Kabupaten Subang, Jawa Barat. Saya pernah mengunjungi tempat wisata yang masih bisa dibilang bersih ini pada 13 Desember 2008. Cukup lama juga ya? Memang. Tetapi, tetap saja memori tempat itu belum bisa hengkang dari benak saya. Artinya, tempat itu sangat berkesan bagi saya. Saya masih ingat, hari itu adalah hari yang menyenangkan sekaligus melelahkan. Saya mengunjungi Curug Cijalu be
Baru kali ini makan gelato yang nyess... jleb... jleb... iwir iwir.... Walau cuaca di luar tidak bersahabat, a.k.a ujan terus, bukan halangan bagi saya untuk mencoba gelato yang manis dan segar rekomendasian Kakak Diah Eksanti yang baik hati. Nama tempatnya Tempo Gelato (2). Kok dua? Ternyata, katanya, tempat pertama ada di daerah Prawirotaman. Tempo Gelato (2) ini ada di kawasan Kaliurang KM 5 Jogjakarta, yang menurut saya adalah surga kuliner. Kalau kamu berangkat dari arah selatan, Tempo Gelato ini ada di sisi kanan, pas di seberang warun nasi padang. Nah, dalam kesempatan yang berbahagia ini (apasih), saya memilih gelato pakai waffle cone renyah. Saya ambil yang harganya Rp25.000. Ternyata, saya dipersilakan oleh simbaknya untuk memilih dua rasa. Karena strawberry, cokelat, vanila, dan kawan-kawannya sudah tak asing di lidah, saya penasaran dengan gelato rasa kiwi dan.... jeng jeng... KEMANGI! Iya, kalau kata orang Sunda mah, SURAWUNG. Wew, kebayang enggak sih ra
Comments
Post a Comment